Sumber Foto: Arsip Pribadi
Seperti yang kita tau surganya kuliner di Kuala Lumpur itu salah satunya yang berlokasi di Jalan Alor. Pertama kali ngerasain kudapan di sini pada tahun 2014. Lokasinya persis di pusat kota, suasana ala-ala street food-nya dapet banget. Gue pernah bahas tentang ini di blog sebelumnya. Kali ini, gue akan fokus bahas masalah harga makanannya yang gue rasa semakin gak bersahabat dengan kantong sobat misqin -gue maksudnya- sekalian.
Sebulan terakhir ini gue pergi ke Kuala Lumpur sebanyak dua kali. Pertama, untuk urusan pekerjaan -ceilee kayak orang- kedua untuk kepuasan batin sendiri (backpacker-an).
Pertama kali 'ngeh kalau harga makanan di sini lebih mahal dibanding dengan harga tahun-tahun sebelumnya ketika si klien bayar untuk empat orang, total jenderal harganya mayan bikin gue syok. Tapi, karena gue dibayarin, ya, bodo amatlah. Sempet mikir mungkin karena kurs mata uang terus berubah, jadi harga-harga juga makin naik. Tapi, gak gitu keadaannya sodara-sodaraku sekalian. Kalau compare dengan harga di food court mall elit macem Suria KLCC, jajanan pinggir jalan ini masih lebih mahal. Untuk ukuran jajanan pinggir jalan, loh.
Karena gue penasaran, apa iya harganya segitu mahal, takutnya waktu itu kami cuma makan di kedai yang salah. Di kesempatan kedua, saat gue trip ke sana sebulan setelahnya, gue coba makan di situ lagi namun di kedai yang berbeda. Oh, iya, fyi, kedai-kedai di sepanjang Jalan Alor ini, yang jual halal food-nya cuma sekitar dua atau tiga kedai gitu, deh. Jadi, gue coba di kedai yang berbeda dari yang kemarin. Dan ternyata sama aja harganya emang bikin nyesek, terlebih kali ini gue bayar sendiri, kan. Elus dada.
Untuk sepiring nasi goreng pinggir jalan dibanderol RM 12. Waktu itu gue pesan segelas milo ais dan sepiring kerang ukuran small total RM 35. Bandingkan dengan gue makan di food court Suria KLCC dan Central Market dengan menu yang sama + chicken chop + milo ais cuma abis 20 ringgitan. Bandingkan lagi waktu makan di kedai mamak di Melaka Sentral dengan menu yang sama pula cuma abis gak lebih dari 8 ringgit.
Untuk ukuran gue yang traveling ala low budget, terlebih gue bukan pencinta kuliner dan gak hobi makan -yang tiap makan jarang abis- harga segitu jelas gak worth it. Tapi, itu kembali lagi ke hati kantong kalian masing-masing dan jenis perjalanan seperti apa yang kalian pilih. Apakah bepergian level on budget ala backpacker atau prioritas kenyamanan dan kemewahan ala flashpacker?
Hahaha bangke, gue bikin tulisan ini kesannya misqin banget, asli :')
Guru fav😍
ReplyDeleteUhuukkk
ReplyDelete